![]() |
| Suasana Debat Publik Pilkada Aceh yang disiarkan secara langsung pada salah satu televisi swasta nasional di Gedung Amel Convention Halll, Banda Aceh, Selasa (31/1). Debat ini diikuti oleh enam pasangan cagub/cawagup Aceh yang akan bertarung dalam Pilkada serentak pada 15 Februari 2017 mendatang. SERAMBI/BUDI FATRIA |
BANDA ACEH - Debat kandidat terakhir antarcalon gubernur (cagub)/calon wakil gubernur (cawagub) Aceh di Amel Convention Hall, Banda Aceh, Selasa (31/1) siang berlangsung alot dan meriah. Sejumlah isu mencuat dalam debat yang disiarkan langsung oleh salah satu televisi swasta nasional itu.
Dari beberapa isu yang mencuat, isu tentang Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) paling menyedot perhatian para hadirin yang menyaksikan langsung debat tersebut. Persoalan itu mengemuka saat cagub Aceh nomor urut dua, Zakaria Saman atau Apa Karya mengajukan pertanyaan kepada cagub Aceh nomor urut enam Irwandi Yusuf, dalam segmen tanya, jawab, tanggap, dan tanggap.
Apa Karya tampaknya tak menerima jika program JKA diklaim milik atau dicetuskan Irwandi Yusuf saat menjabat Gubernur Aceh periode 2007-2010. Menurut Apa Karya, program itu lahir berkat inisiasi dirinya bersama beberapa tokoh perdamaian Aceh dari luar Indonesia, sebelum penandatanganan MoU Helsniki.
“Bapak Irwandi Yusuf, baru-baru ini gencar di Aceh soal JKA, katanya (JKA) dengan bapak, kapan JKA itu lahir, siapa yang buatnya? Apa bukan saya yang duluan?” tanya Apa Karya, disambut tepuk tangan peserta yang hadir.
Seperti biasa, sosok Apa Karya bagaikan magnet dalam debat kandidat. Apa yang dia ujarkan memantik tawa dan tepuk tangan peserta debat.
Irwandi kemudian menjawabnya dengan santai atas pertanyaan tersebut. “Yang terhormat Apa Karya. JKA itu saya yang cetuskan pada tahun 2010, saya ada mendengar di kampanye (Anda) mengatakan, bahwa JKA itu Anda yang bikin sebelum MoU atau sesudah MoU, dengan menyampaikan pesan kepada Martti Ahtisaari,” cetus Irwandi.
Ia jelaskan bahwa anggapan itu salah, kabar itu tidak benar, lalu Irwandi meminta Apa Karya tidak mengada-ada soal itu dalam tiap kampanyenya. “Itu hoax Apa Karya, tidak benar. Oleh karena itu, janganlah dalam kampanye mengarang-ngarang cerita. Rakyat Aceh sudah pintar, tahu mana yang salah, mana yang benar, demikian,” ujar Irwandi Yusuf.
Jawaban itu kemudian kembali ditanggapi Apa Karya. Menurutnya, jelang penandatanganan MoU Helsinki 2005 silam, mantan ketua Aceh Monitoring Mission (AMM), Pieter Feith menjalin komunikasi dengan Apa Karya yang saat itu sedang berada di hutan. Saat itulah, menurut Apa Karya, dirinya menyampaikan persoalan jaminan kesehatan itu agar kemudian diperjuangkan bagi masyarakat Aceh, apalagi pascadamai terwujud akan banyak eks kombatan GAM yang akan berobat.
“Kemudian hal itu dibilang ke Jakarta, Jakarta kemudian bilang ke gubernur saat itu Mustafa Abubakar dan ketua DPRA Sayed Fuad Zakaria. Beliau buat dokumen itu, kemudian ketua DPRA naik Pak Hasbi Abdullah, beliau yang teken, apakah waktu sudah teken itu saya yang punya, orang lain punya, atau orang Aceh punya,” sebut Apa Karya.
Secara tidak langsung, Apa Karya menjelaskan bahwa program jaminan kesehatan itu awalnya permintaan atau inisiasi dirinya yang kemudian menjadi perbicangan dan perjanjian dengan Pemerintah Indonesia, lalu direalisasi setelah perdamaian.
Mendengar penjelasan Apa Karya itu, Irwandi tak tinggal diam, ia yang masih diberi kesempatan langsung menanggapi. Menurutnya, apa yang disampaikan Apa Karya soal permintaan atau komunikasi dirinya dengan Pieter Feith terkait jaminan kesehatan bagi masyarakat Aceh, tidak pernah ia dengar sebelumnya.
Ia jelaskan, JKA itu murni idenya, oleh karena itu Irwandi menuding Apa Karya sudah melakukan pembohongan publik terhadap persoalan tersebut. “JKA itu idenya dari saya, tapi yang melakukannya legislatif dan eksekutif. Tanpa persetujuan legislatif nggak bisa eksekutif melakukannya, waktu itu legislatif didominasi PA, partai saya waktu itu, maka saya pun lancar memberlakukan JKA. Jadi demikian, mudah-mudahan sejarah tidak salah,” pungkas Irwandi Yusuf.
Pertanyaan yang sama juga ditanyakan calon wakil gubernur Aceh nomor urut lima, TA Khalid kepada Apa Karya. Pertanyaan itu ditujukan lantaran, menurut TA Khalid, debat antara Apa Karya dan Irwandi Yusuf terkait JKA tidak tuntas. Jawaban Apa Karya tetap sama, ia mengklaim JKA itu lahir di Aceh berkat inisiasi dirinya sebelum perdamaian. “Meunyo hana disetujui le Jakarta, meunyo hana lon kheun ‘e watei di gle, meuhan tan. Bek keubue punya susu lembu punya nama/Kalau tidak disetujui oleh Jakarta, kalau tidak saya utarakan saat di gunung, mana pernah ada. Janganlah kerbau punya susu, lembu punya nama,” pungkas Apa Karya.
Debat untuk kali ketiga ini dihadiri sejumlah wajah baru, di antaranya Adnan Ganto (Penasihat Menteri Pertahanan Bidang Ekonomi), Mayjen TNI (Purn) Djali Yusuf (mantan Pangdam Iskandar Muda), dan Mayjen TNI (Purn) Chairawan (mantan Danrem Lilawangsa). (dan)

Post a Comment