BREAKING NEWS

Blogroll

Monday, 9 January 2017

Hubungan Erat Aceh-Tarim

Hubungan Erat Aceh-Tarim

OLEH AIDIL RIDHWAN, putra Aceh asal Pante Garot, Sigli, alumnus Ummul Ayman, Samalanga, melaporkan dari Tarim, Yaman

TARIM merupakan kota mungil di Provinsi Hadhramaut, Republik Yaman. Secara fisik, Tarim tidaklah seperti kota-kota lain yang megah dan mewah di Timur Tengah. Anda jangan pernah membayangkan Tarim bak Alexandria, Doha, Dubai dan kota-kota dengan gedung pencakar langit lainnya di Semenanjung Arab. Anda keliru jika menduga seperti itu.

Secara teritorial, Tarim hanyalah sebesar kecamatan-kecamatan di Indonesia. Meski demikian, peradaban dan rantaian perjalanan Islam dari Tarim hingga saat ini masih menyebar ke seluruh Nusantara, tak terkecuali Aceh, tanoh lon cinta.

Salah seorang ulama keturunan Tarim yang membawa misi Islam ke Aceh beberapa abad silam adalah Al Habib Abu Bakar bin Husein Bilfaqih. Dia lebih dikenal dengan julukan Teungku di Anjong. Hingga saat ini makamnya di Gampong Peulanggahan, Banda Aceh, masih banyak diziarahi.

Silsilah keturunan beliau menyambung ke Baginda Rasulullah melalui jalur Saidina Husein bin Ali, suami Sayyidah Fathimah binti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di Tarim, keturunan Rasulullah ini lebih akrab disapa dengan habib, sedangkan di Aceh dikenal dengan sebutan sayed.

Sebagaimana termaktub dalam Kitab Al-‘Arf al-‘Athir, kisah perjalanan dakwah Habib Abu Bakar ke Aceh merupakan mandat langsung dari datuknya, Rasulullah saw. Hal itu berawal saat beliau bersama tiga teman lainnya mendapat izin dari Rasulullah untuk hijrah. Habib Abu Bakar ditunjuk mengembangkan misi Islam ke Aceh, sedangkan teman-teman lainnya ke Malibar (Hindia) dan Mesir. (Al-‘Arf al-‘Athir, Habib Abdurrahman Alaydrus, Cetakan An-Nur for Studies and Research, Tarim).

Di Aceh, kiprah dakwahnya bisa diterima oleh masyarakat setempat. Tidak heran, hal itu dikarenakan misi dan visi dakwah yang dibawanya itu sesuai dengan jalur dakwah yang diemban Rasulullah saw, yaitu bi al-mau’idhah al-hasanah (guidance and counseling). Dakwah yang penuh dengan kedamaian, kesejukan, dan jauh dari caci-maki serta penghinaan.

Di sisi lain, hubungan Aceh-Tarim juga terlihat dari kesamaan kehidupan masyarakat, di mana syariat Islam menjadi prioritas utama dalam kehidupannya. Sama halnya di Aceh, majelis-majelis ilmu, zikir, dan syiar-syiar Islam yang lainnya masih terpatri kuat di kehidupan masyarakatnya, di antaranya adat peumulia jamee (memuliakan tamu).

Dari aspek sosial budaya, di Tarim ini saya merasakan suasana yang tak jauh berbeda dengan di Tanoh Rencong. Pakaian keseharian warganya tak jauh berbeda dengan mayoritas masyarakat kita di Aceh, seperti sarung, baju gamis, dan peci.

Kesopanan khas santri di sini juga selalu mengingatkan saya pada tradisi dayah-dayah di Aceh. Ulama-ulamanya juga sangat konsisten berpegang teguh dengan aktivitas beut, seumeubeut, dan berkhidmah kepada umat.

Di bidang dakwah, kesamaan ulama Tarim dengan Aceh terjelma dari visi-misi yang dibawanya, yaitu bil mauidhah hasanah, dakwah yang mempersatukan umat.

Beberapa hari lalu, dinamika hubungan antara ulama Tarim dengan ulama Aceh semakin erat. Hal itu ditandai dengan ditunjuknya Guru Mulia, Tgk H Muhammad Hatta Lc MEd sebagai Ketua Majelis Muwashalah Baina Al Ulama, sebuah forum hubungan antarulama lintas negara di bawah bimbingan Al Habib Umar bin Hafidz, ulama asal Tarim.

Pengukuhan tersebut dihadiri langsung oleh Al Habib Jindan bin Novel, salah satu murid angkatan pertama Habib Umar.

Nah, masih banyak hal lain yang menunjukkan keeratan hubungan Aceh-Tarim yang belum mampu saya sebutkan satu per satu. Mungkin dari kita banyak yang telah lupa akan hubungan Aceh-Tarim ini. Oleh karena itu, melalui reportase ini saya berharap bisa menyegarkan kembali ingatan kita tentang hubungan kedua wilayah yang sama-sama bersyariat ini.

Akhir kata, moga Aceh tetap konsisten dalam menjaga keeratan hubungan ini dalam upaya pemantapan penegakan syariat Islam di semua lini. Dengan harapan, semoga identitas baldatun thayyibah tersemat abadi di Nanggroe Aceh lon sayang. Wallahu ‘alam.


Sumber : Serambi Indonesia

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2014 Tribun Aceh. Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates