BREAKING NEWS

Blogroll

Thursday, 20 October 2016

Ini Pernyataan Nanda Feriana yang Bikin Ibu Dosen Sakit Hati

Ini Pernyataan Nanda Feriana yang Bikin Ibu Dosen Sakit Hati
Nanda Feriana, mahasiswi lmu Komunikasi, Universitas Malikussaleh harus berurusan dengan polisi. Penyebabnya curhatan di media sosial berjudul " "Sepucuk Surat untuk Ibu Lulusan Jerman".
SERAMBINEWS.COM, MEDAN – Dwi, Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, mengisahkan kekecewaan nan sarat dengan curhatan Nanda Feriana, mahasiswi yang curhat di media sosial lantaran ingin dibatalkan yudisium.

Di dinding (wall) akun Facebook Nanda Feriana, tersemat judul“Sepucuk Surat untuk Ibu Lulusan Jerman”  yang diunggah pada 27 September 2016. Konten pada unggahan itu dianggap Dwi, sang dosen, telah mencemarkan nama baik. Terkhusus, pada penyebutan dosen lulusan Jerman primitif.

“Dalam tulisan itu, saya dikatakan tidak beradab, primitif. Apakah perilakunya lebih bagus dari saya ? Lulusan Jerman di Unimal cuma dua orang. Satu laki-laki dan satu lagi perempuan. Kalau sudah Ibu (penyebutan di status) lulusan Jerman itu, berarti cuma saya, tidak ada yang lain,” katanya saat dihubungi www.tribun-medan.com, Kamis (20/10/2016).

Menurutnya, tulisan pada dinding (wall) akun Facebook Nanda Feriana sudah pasti ditujukan untuknya.

Dwi menyebutkan perilaku mahasiswinya itu tidak sopan, dan mengecewakan.

“Memang sangat-sangat tidak sopan.  Saya tidak akan mengistimewa mahasiswa untuk pengurusan administrasi.  Ada ratusan mahasiswa menunggu transkrip nilai untuk mendaftar KKN dan yudisium. Jadi antre dong,” ujarnya.

Dia menuturkan, Nanda, meminta diperlakukan secara spesial dalam pengurusan administrasi di prodi.


Namun, sebagai sekretaris prodi, Dwi mengikuti prosedur akademik bahwa seluruh mahasiswa harus mendapatkan perlakuan serupa.

“Dia (Nanda) minta spesial serupa yang didapatnya di fakultas. Boleh mendaftar tanpa memenuhi syarat yang lengkap?. Ia (Nanda), enggak lengkap berkas dan sudah diakuinya saat mediasi.  Yang jelas ketika mediasi gagal, saya kecewa. Sehingga saya memanfaatkan hak saya sebagai warga negara atas penghinaan dan pelecehan. Apakah jaminan alumni Unimal lebih baik dari alumni Jerman ?,” katanya.

“Saya tidak mau membalasnya di sosial media, karena saya tidak satu level denganya dan dia bukan level saya. Jauh kali dibawa saya jadi saya enggak mau perang di sosial media,” tambahnya.

Ia menceritakan, telah memberikan kesempatan kepada Nanda selama satu pekan, untuk membuat permohonan maaf di Harian Serambi Indonesia.

Namun, kesempatan tersebut, tidak dipenuhi dengan alasan tak punya uang.

“Setelah mediasi gagal, saya kasih waktu seminggu untuk diterbitkan permintaan maaf di media cetak. Saya bukan minta satu halaman. Saya dosen media sudah tahu duluan harga iklan enggak sampai puluhan juta. Kenapa saya minta media cetak ? statusnya sudah viral, sehingga jangan sembarangan menohok orang, menjatuhkan harkat dan martabat orang,” katanya.

Pada mediasi yang dilakukan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unimal, lanjutnya, Nanda menolak menyampaikan permintaan maaf di Harian Serambi Indonesia lantaran dapat merusak kredibilitas diri dan keluarganya.

“Lantas, sebagai dosen bagaimana dengan kredibilitas saya, ? Saya dosen yang sudah melahirkan alumni ribuan orang. Saya punya anak, punya suami dan punya keluarga besar. Permintaan saya, dia meminta maaf di media cetak selama empat hari berturut-turut. Namun, Nanda menolak, saya tetap lunak, saya hanya minta dua kali permohonan maaf di Serambi dan belum ada pembicaraan ukurannya,” ujarnya. (Tribun Medan / Jefri Susetio)


Sumber : Serambi indonesia

Share this:

Post a Comment

 
Copyright © 2014 Tribun Aceh. Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi Templates